Sistem Mata
Pencaharian
1.
1. Sistem
Mata Pencaharian Tradisional
Perhatian para
ahli antropologi pada berbagai macam sistem mata pencaharian atau sisterm
ekonomi tradisional yang menekankan pada perhatian terhadap kebdayaan suatu
suku bangsa secara holistik. Berbagai macam sistem tersebut yaitu:
a.
Berburu
dan meramu
Mata pencaharian berburu dan meramu
(hunting and gathering) merupakan suatu mata pencaharian manusia yang paling
tua dan sekarang banyak masyarakat yang beralih pada mata pencaharian lain,
hanya kurang-lebih setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia sekarang atau
kira-kira hanya 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Walaupun suku-suku
bangsa berburu dan meramu tinggal sedikit dan sulit didatangi namun para ahli
antropologi masih tetap manaruh perhatian terhadap mata pencaharian ini untuk
dapat menganalisa asas masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal.Di
Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu penduduk
rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya yang hidup dari meramu sagu. Hal-hal yang
dianalisis para ahli antropologi pada mata pencaharian ini adalah sumber alam
da modal, tenaga kerja, produksi dan teknologi produksi serta konsumsi,
distribusi dan pemasaran.
b.
Beternak
Beternak secara tradisional atau
pastoralism sebagai suatu mata pancaharian pokok yang dikerjakan dengan cara
besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh juta
manuisa, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3000 juta penduduk dunia. Sepanjang
sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat agresif.
Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim
panas dalam wilaynh tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan
pada malam hari. Dalam hal mempelajari masyarakat peternak, ilmu antrpologi
juga menaruh perhatian yang sama seperti mata pencaharian lain yaitu masalah
peternakan dan modal, masalah tenaga kerja, ma produksi,dan teknologi produksi
dan akhirnya masalah konsumsi, distribusi dan pemasaran hasil peternakan.
c.
Bercocok
tanam di ladang
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu
bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti
dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam di ladang sebagian besar dilakukan
di daerah-daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan Asia
Tenggara. Cara bercocok tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah dengan
memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dahan-dahan dan batang-batang yang
jatuh bertebaran dibakar setelah kering; kemudian ladang-ladang yang dibuka itu
ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi; sesudah dua atau
tiga kali memungut hasilnya, tanah itu ditinggalkan; sebuah ladang baru dibuka
dengan cara yang sama; setelah 10-12 tahun, mereka akan kembali ke ladang
pertama yang sudah tertutup hutan kembali. Para ahli antropologi menaruh
perhatian terhadap masalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi dan
cara-cara produksi serta pemasaran hasil bercocok tanam di ladang.
d.
Menangkap
ikan
Disamping berburu dan meramu, menangkap
ikan juga merupakan mata pencaharian yang sangat tua. Mata pencaharian ini
dilakukan oleh manusia purba yang kebetulan hidup di sekitar sungai danau atau
laut telah menggunakan sumber alam yang penting itu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menurut para ahli lebih dari 50% ikan di seluruh dunia hidup dalam
kawanan yang meliputi beribu ekor dengan jarak 10-30km dari pantai. Ada laut-laut
tertentu yang pantainya menjadi daerah hidup kawanan ikan tertentu, yang
berimigrasi menurut musim. Di perairan dekitar pantai Nusantara bagian barat
terdapa awanan besar ikan kembung, dan di sekitar pantai Kepulauan Nusantara
bagian timur terdapat ikan cakalang. Dalam mempelajari suatu masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai nelayan,
para antropologi juga menaruh perhatian hal serupa yaitu sumber alam dan modal,
tenaga kerja, teknologi produksi, dan konsumsi distribusi dan pemasaran.
e.
Bercocok
tanam menetap dengan irigasi
Bercocok
tanam menetsap pertama-tama timbul di beberapa daerahyang terletak di derah
periran di sungi-sungai besar (karena daerah itu subur tanahnya). Banyak suku
bangsa yang melakukan bercocok tanam di ladang dan sekarang mulai berubah
menjadi petsni menetap. Perubahn ini terjadi di daerah-daerah berpendududkan
padat yangmelebihi kira-kira 500 jiwa tiap km2. Ilmu antropologi
yang menaruh perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan mata pencaharian
ini adalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi
irigasi, pembagian air dan sebagainya), konsumsi, distribusi dan pemasaran.
Dari kelima
sistem tersebut, seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sisitem
produksi lokalnya termasuk sumber alam, cara pengumpulan modal, cara pengarahan
dan pengaturan tenaga kerja, serta teknologi produksi, sistem distribusi di
pasar-pasar yang dekat saja, dan proses konsumsinya.
mau tanya mbak,,,,adakah teori tentang etnis di indonesia yang pandai beternak sapi....jika ada tolong dikirim ke email saya safdxn007@gmail.com atau sms di 081250624978 an safi udin,trimakasih
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus