Minggu, 21 Oktober 2012

sistem mata pencaharian


Sistem Mata Pencaharian
 
1.      1. Sistem Mata Pencaharian Tradisional
Perhatian para ahli antropologi pada berbagai macam sistem mata pencaharian atau sisterm ekonomi tradisional yang menekankan pada perhatian terhadap kebdayaan suatu suku bangsa secara holistik. Berbagai macam sistem tersebut yaitu:
a.       Berburu dan meramu
Mata pencaharian berburu dan meramu (hunting and gathering) merupakan suatu mata pencaharian manusia yang paling tua dan sekarang banyak masyarakat yang beralih pada mata pencaharian lain, hanya kurang-lebih setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia sekarang atau kira-kira hanya 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Walaupun suku-suku bangsa berburu dan meramu tinggal sedikit dan sulit didatangi namun para ahli antropologi masih tetap manaruh perhatian terhadap mata pencaharian ini untuk dapat menganalisa asas masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal.Di Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu penduduk rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya yang hidup dari meramu sagu. Hal-hal yang dianalisis para ahli antropologi pada mata pencaharian ini adalah sumber alam da modal, tenaga kerja, produksi dan teknologi produksi serta konsumsi, distribusi dan pemasaran.
b.      Beternak
Beternak secara tradisional atau pastoralism sebagai suatu mata pancaharian pokok yang dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh juta manuisa, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3000 juta penduduk dunia. Sepanjang sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat agresif. Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas dalam wilaynh tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan pada malam hari. Dalam hal mempelajari masyarakat peternak, ilmu antrpologi juga menaruh perhatian yang sama seperti mata pencaharian lain yaitu masalah peternakan dan modal, masalah tenaga kerja, ma produksi,dan teknologi produksi dan akhirnya masalah konsumsi, distribusi dan pemasaran hasil peternakan.
c.       Bercocok tanam di ladang
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam di ladang sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan Asia Tenggara. Cara bercocok tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah dengan memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelah kering; kemudian ladang-ladang yang dibuka itu ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi; sesudah dua atau tiga kali memungut hasilnya, tanah itu ditinggalkan; sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama; setelah 10-12 tahun, mereka akan kembali ke ladang pertama yang sudah tertutup hutan kembali. Para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap masalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi dan cara-cara produksi serta pemasaran hasil bercocok tanam di ladang.
d.      Menangkap ikan
Disamping berburu dan meramu, menangkap ikan juga merupakan mata pencaharian yang sangat tua. Mata pencaharian ini dilakukan oleh manusia purba yang kebetulan hidup di sekitar sungai danau atau laut telah menggunakan sumber alam yang penting itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut para ahli lebih dari 50% ikan di seluruh dunia hidup dalam kawanan yang meliputi beribu ekor dengan jarak 10-30km dari pantai. Ada laut-laut tertentu yang pantainya menjadi daerah hidup kawanan ikan tertentu, yang berimigrasi menurut musim. Di perairan dekitar pantai Nusantara bagian barat terdapa awanan besar ikan kembung, dan di sekitar pantai Kepulauan Nusantara bagian timur terdapat ikan cakalang. Dalam mempelajari suatu masyarakat yang bermata  pencaharian sebagai nelayan, para antropologi juga menaruh perhatian hal serupa yaitu sumber alam dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi, dan konsumsi distribusi dan pemasaran.
e.       Bercocok tanam menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetsap pertama-tama timbul di beberapa daerahyang terletak di derah periran di sungi-sungai besar (karena daerah itu subur tanahnya). Banyak suku bangsa yang melakukan bercocok tanam di ladang dan sekarang mulai berubah menjadi petsni menetap. Perubahn ini terjadi di daerah-daerah berpendududkan padat yangmelebihi kira-kira 500 jiwa tiap km2. Ilmu antropologi yang menaruh perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan mata pencaharian ini adalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air dan sebagainya), konsumsi, distribusi dan pemasaran.
Dari kelima sistem tersebut, seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sisitem produksi lokalnya termasuk sumber alam, cara pengumpulan modal, cara pengarahan dan pengaturan tenaga kerja, serta teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja, dan proses konsumsinya.

2 komentar:

  1. mau tanya mbak,,,,adakah teori tentang etnis di indonesia yang pandai beternak sapi....jika ada tolong dikirim ke email saya safdxn007@gmail.com atau sms di 081250624978 an safi udin,trimakasih

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus